Partisipasi Peserta Webinar Inklusif Semakin Meningkat
Semua bersemangat melayani generasi. Forum Pendidik Madrasah Inklusif ( FPMI), sebagai wadah pendidik berdedikasi membangun peradaban baru. Peradaban yang dihiasi dengan semangat mendidik tanpa diskriminasi.
Pada agenda Webinar inklusif seri dua, membahas tentang mendidik anak yang memiliki kelambatan belajar. Telah siap berbagi ilmu, dan pengalaman tentang mendidik anak yang lambat belajar, kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, (15/04/2023).
Sebelum masuk pada materi, Ketua FPMI pusat, Supriyono, (lebih akrab disapa Lek Pri) memberikan sambutan, sekaligus arahan. Lek Pri menyampaikan terima kasih atas semangat seluruh peserta Webinar, terdiri Kepala Madrasah, Pengawas, Guru Pendamping khusus, praktisi pendidikan Inklusif, dan pemerhati pendidikan inklusi lainnya. Webinar ini dimaksudkan menambah kompetensi kita dalam meningkatkan pelayanan pendidikan di madrasah. Khususnya pada pendidikan inklusif.
Lek Pri juga menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat pentingnya pendidikan inklusif terus meningkat, seiring dengan peningkatan perhatian madrasah terhadap peserta didik yang berkebutuhan khusus (PDBK). Patut kita terus meningkatkan kompetensi, khususnya pihak madrasah memberikan ruang lebih luas pengembangan pendidikan inklusif. Terutama kepada kepala madrasah dan para pendidiknya (Guru Pembimbing Khusus). “Didik dengan hati, dengan cinta, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berilmu, berkarakter, beriman kepada Allah”. tukasnya.
FPMI sebagai penggagas kegiatan ini, juga berharap adanya sinergitas antar insan pendidik inklusif dan madrasah inklusi yang ada. Sehingga terjadi penguatan kualitas pelayanan kepada PDBK. Hal ini pada akhirnya mengangkat kepercayaan masyarakat terhada keberadaan madrasah.
FPMI mengadakan webinar inklusif seri 2. Dengan mengangkat tema “Ragam Disabilitas dan Penanganan PDBK Dengan Hambatan Lambat Belajar”. Webinar kali ini, menghadirkan Sekretaris Pokja Pendis Inklusif Ditjen Pendis Kemenag RI Siti Sakdiyah dan Kasubdit Kelembagaan Direktorat KSKK Madrasah Ditjen Pendis Kemenag RI Papay Supriatna selaku keynote speaker. Acara yang berlangsung melalui kanal vertual zoom meeting tersebut diikuti oleh kurang lebih 273 peserta dari seluruh Indonesia.
Webinar Inklusif Seri 2. Pelabuhanratu (Humas Kabupaten Sukabumi). Webinar berdurasi empat jam tersebut menghadirkan Lani Setiadi Praktisi Pendidikan Khusus Dewan Pakar FPMI Jateng dan Saprina Siregar Praktisi Sekolah ABK dan seorang penulis buku. Webinar dibuka secara langsung oleh Siti Sakdiyah. “Kita harus memberikan perhatian lebih pada PDBK yang ada di seluruh tingkat pendidikan. Saat ini ada kurang lebih 200 madrasah yang sudah memiliki SK Madrasah Inklusif dan ada 4800 murid PDBK yang perlu mendapatkan pelayanan khusus,”jelasnya.
Ditambahkan oleh Siti Sakdiyah bahwa RA ( Raudhatul Athfal), harus mendapatkan perhatian dalam peningkatan mutu kompetensi pendidiknya. Pendidik selalu memperbaharui keilmuannya. Siti Sakdiyah juga menyoroti pemanfaatan media sosial. “media sosial berperan dalam menggelorakan kembali pendidikan inklusif” imbuhnya.
Senada dengan yang disampaikan Siti Sakdiyah, Kasubdit Kelembagaan Direktorat KSKK Madrasah, Papay Supriatna, dalam paparannya menyampaikan, kebijakan dan payung hukum pendidikan inklusif. Hal ini dapat lebih menguatkan eksistensi pendidikan inklusif. “Kami sangat mendukung adanya pelatihan-pelatihan yang dapat menjangkau madrasah inklusif, dan khususnya terhadap pada Guru Pembimbing Khusus (GPK). Kami menghimbau kepada madrasah-madrasah yang sudah ter-SK kan, dapat melengkapi profile sekolah yang akan ditampilkan di pendataan emis,”ujarnya.
Pada materi inti yang disampaikan oleh Ibu Saprina Siregar. Seorang pakar pendidikan inklusi, dan aktif sebagai penulis buku. Beliau memaparkan tentang strategi pembelajaran untuk siswa yang berkebutuhan khusus. Ada perbedaan perlakuan oleh guru kepada masing-masing PDBK. Menyesuaikan dengan kondisi disabel peserta didik.
PDBK dengan kategori keterlambatan belajar, para guru harus membimbing dengan sabar dan telaten. Strategi yang digunakan, harus berpijak pada tingkat keterlambatan si anak. Karena anak dengan kekhususan keterlambatan belajar, maka guru membimbingnya menyesuaikan kemampuan si anak.
Kondisi ini dicontohkan dengan pembelajaran berhitung (matematika). Terdapat perbedaan perlakuan dalam memberi materi ini. Guru disarankan untuk tidak memberatkan si anak.