Artikel

Berbagi Cerita dari MI Inklusif NW Tanak Beak

Gaung inklusif yang mulai marak belakangan ini, nyatanya bukan hal baru buat MI NW Tanak Beak. Sejak mula berdiri di tahun 1952, sudah banyak anak dengan kebutuhan khususnya dititipkan oleh warga di sekolah yang beralamat di Jalan Hidayah Desa Tanak Beak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

Kepala MI NW Tanak Beak, Hj. Nurimin bersama dengan delapan Guru Pendamping Khusus (GPK) senantiasa berupaya memberikan layanan terbaik bagi peserta didiknya. Kepercayaan yang diberikan oleh warga tersebut, juga menjadi sebuah tantangan yang harus dijawabnya, mengingat keberadaan sekolah yang dipimpinnya berada di antara sekolah-sekolah regular umum lainnya. “Alhamdulillah kepercayaan yang diberikan oleh warga kepada kami terus meningkat dari tahun ke tahun sejak awal sekolah ini berdiri. Bahkan sesuai dengan amanat yang diberikan oleh sesepuh kami, untuk tidak boleh menolak anak dengan kondisi apapun yang ia miliki,”ujar Hj. Nurimin, Narmada (21/10/2023).

Hj. Nurimin menjelaskan bahwa ada beberapa jenis keberagaman yang ada di MI NW Tanak Beak. Keberagaman tersebut antara lain, hambatan pendengaran (tunarungu), autis (ringan sedang dan berat), anak tunaganda, cerebral palsy, hiperaktif, cerdas istimewa, down syndrome, dan slow leaner. Ia pun bersyukur dengan telah terjalinnya kerjasama dengan pihak Sekolah Luar Biasa {SLB} sebagai pusat sumber belajar. “Syukur Alhamdulillah, sekolah kami telah melaksanakan MoU dengan pihak SLB sebagai pusat sumber belajar bagi kami”, imbuhnya.

Tak lupa Hj. Nurimin juga sangat mengapresiasi semangat belajar yang ditunjukkan oleh para GPK di sekolahnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan keaktifan para GPK dengan membaca buku-buku terkait pendidikan inklusif dan juga terus menggali informasi dalam penangan anak dengan kebutuhan khusus dari berbagai sumber. “Berkat bimbingan para GPK, Alhamdulillah madrasah kami telah berhasil meraih beberpa prestasi diantaranya dalam bidang mewarnai antar KKM, lomba Tahfiz, Hadroh dan lomba membaca puisi,” lanjutnya bangga.

Sementara itu, GPK MI NW Tanak Beak, Badriah yang berlatar belakang pendidikan Matematika memutuskan fokus menjadi guru pendamping di sumber belajar untuk lebih bisa melayani anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ia mengaku sempat menghadapi kesulitan dalam penanganan anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut. “Sempat mengalami kesulitan diawal kami menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. Namun Alhamdulillah, lambat laun kami dapat mengatasi hal tersebut dengan adanya pelatihan-pelatihan yang kami dapatkan dari berbagai sumber belajar,” terang Badriah.

Badriah pun sangat berharap, adanya giat pelatihan lagi untuk lebih dapat memahami dalam penangan anak-anak istimewa di sekolahnya. Sebuah keinginan hal yang lumrah dan wajar, mengingat guru-guru di sekolah umum, bukanlah guru-guru dengan latar belakang pendidikan khusus utamanya pendidikan luar biasa. “Kami berharap, mudah-mudahan ada lagi pelatihan yang dapat membekali dengan  ilmu dan teknis dalam menangani anak anak istimewa. Agar kami tidak asal-asalan dalam menyampaikan ke murid, bila perlu kami bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah mendalami khusus pendidikan luar biasa,” tambahnya.

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.